Catatan Dokter PTT Pekan #018

1 Feb

Banemo, 13 Januari 2016

Baru saja aku menginjakkan kaki di puskesmas kemarin lusa, aku langsung mendapat ujian: listrik akan mati untuk beberapa pekan ke depan! AAPAA!!?? Konon, PLN di Patani sana kehabisan bensin untuk menghidupkan generatornya (buset, haregene listrik buat wilayah seluas ini pakai bensin? Oh Indonesiaku…). Masih belum jelas kapan akan isi bensinnya. Terus, aku kudu piye???

Ujian kedua adalah — masih terkait stok — habisnya stok CTM di puskesmas. AAPAA!!?? (2x). Bayangkan, CTM yang notabene merupakan obat yang sangat banyak digunakan di puskesmas (mulai untuk batuk-pilek sampai gatal-gatal), HABIS! Terus, aku kudu piye??

Ujian ketiga adalah air di rumah dinas mati. AAPAA!!?? (3x). Dulu memang air di perumahan dinas berhasil diakali dengan mengalirkan pipa dari sumber air ke tandon air, lalu dari tandon itu baru air dialirkan ke puskesmas dan perumahan dinas. Sekarang tandonnya tidak terisi dan tak ada yang tahu sebabnya. Ambil dari sumur? Waktu di timba, ternyata air sumur agak keruh, kemungkinan gegara potongan kayu yang jatuh saat membuat pagar sumur baru (saat aku kembali sudah ada pagar sumur baru). Terus, aku kudu piye???

Terlepas dari segala macam ujian, rintangan, hambatan, dan hendaya yang ada di depan mata, tetap tak terbantahkan bahwa aku tak bisa melarikan diri dari kenyataan mengabaikan fakta bahwa memang beginilah tempat pengabdianku. Lagipula, kalau tidak begini, namanya kan bukan pengabdian. Betul kan?

Untuk masalah air, baru tadi sore aku berusaha menemukan sebabnya. Tak ada problem pengisian. Problem sebenarnya adalah kebocoran. Jadi, ternyata ada pipa yang menuju ke puskesmas yang sambungannya lepas. Itulah yang membuat tandon menjadi tak bisa terisi. Kusambung lagi dan voila! Untuk masalah CTM dan listrik… mau diapakan lagi? Ada yang punya usul?

Sudah sekitar 4 bulan aku di sini, and I think there’s no turning back now. Dan beginilah situasinya. Waktu aku pulang ke Surabaya, keluarga menanyai saya, “Kapan pulang ke Banemo?”. AAPAA!!?? Plis deh, rumahku di Surabaya -_- Tapi tidak sepenuhnya salah juga sih sepertinya. Memang rumahku di Surabaya, tapi sampai 20 bulan ke depan, saya mengabdi di Banemo. Akhirnya menjadi seperti rumah ketiga buatku, setelah Surabaya dan Ngawi (tempat internship). Apapun sebutannya, dalam hati aku tidak bisa tidak berkata…

Banemo, I’m home.

Leave a comment